Penyakit raja singa atau sifilis adalah infeksi menular seksual yang berkembang secara bertahap. Pada pria, gejala sifilis sering kali tidak disadari karena tahap awal infeksi tidak menimbulkan nyeri. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka kecil, lecet, atau selaput lendir selama hubungan seksual.
Gejala sifilis pada pria dapat muncul dalam 2-12 minggu setelah terinfeksi. Gejala ini dikelompokkan berdasarkan tahap perkembangan penyakitnya, yaitu primer, sekunder, laten, dan tersier. Berikut adalah berbagai gejala sifilis pada pria:
Gejala pertama yang muncul adalah luka kecil atau chancre di lokasi masuknya bakteri ke tubuh. Luka ini biasanya muncul di area kelamin, mulut, atau dubur dan tidak menimbulkan nyeri. Luka ini merupakan tanda awal sifilis pada tahap primer dan biasanya akan hilang dalam 3-6 minggu. Meski begitu, hilangnya luka tidak berarti infeksi telah sembuh.
Pada tahap awal infeksi, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, selangkangan, dan ketiak sering terjadi. Pembengkakan ini biasanya terjadi bersamaan dengan munculnya chancre.
Ruam merupakan gejala sifilis pada tahap sekunder yang muncul sekitar 1-6 bulan setelah luka chancre hilang. Ruam biasanya tidak gatal dan bisa dimulai dari dada atau punggung, lalu menyebar ke seluruh tubuh. Gejala ini menandakan bakteri sifilis telah menyebar lebih lanjut dalam tubuh.
Bakteri sifilis yang terus berkembang dapat menyebabkan gejala menyerupai flu, seperti demam, tidak enak badan, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan kehilangan nafsu makan. Gejala ini muncul dalam 6-12 minggu setelah munculnya chancre.
Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah munculnya kutil berwarna putih atau abu-abu di penis atau sekitar dubur. Kutil ini merupakan bagian dari tahap sekunder dan bisa hilang timbul selama satu tahun.
Pada tahap laten, sifilis tidak menunjukkan gejala, tetapi bakteri tetap aktif dalam tubuh dan bisa berkembang menjadi tahap tersier jika tidak diobati. Pada tahap tersier, sifilis dapat menyebabkan kerusakan organ permanen seperti jantung, otak, saraf, dan pembuluh darah, yang bisa berakibat fatal.
Pengobatan sifilis paling efektif dilakukan pada tahap awal dengan menggunakan antibiotik penisilin. Dosis dan durasi pengobatan disesuaikan dengan tahapan dan keparahan gejala. Pada tahap akhir, antibiotik tetap bisa menyembuhkan infeksi, tetapi tidak dapat memperbaiki kerusakan organ yang telah terjadi.
Selama masa pengobatan, penderita dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual sampai dokter menyatakan sembuh. Tes darah secara berkala mungkin diperlukan selama satu tahun untuk memastikan infeksi benar-benar hilang.
Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah sifilis. Upaya paling efektif dalam mencegah penyakit ini adalah dengan menerapkan perilaku seks yang aman, seperti:
Gejala sifilis pada pria mungkin sulit dibedakan dengan kondisi medis lain. Oleh karena itu, jangan menunda memeriksakan diri ke dokter jika Anda menemukan luka yang diduga sebagai chancre atau jika Anda kurang menerapkan perilaku seks yang aman. Deteksi dan pengobatan dini adalah kunci untuk mencegah komplikasi serius dari penyakit ini.
© Brigittedadaux | Kabar Viral Terupdate dan Terlengkap. All Rights Reserved.